29 May 2014

REVIEW Samsung EP360

Earbud samsung ini lebih banyak ditemukan dalam kondisi loosepack seharga $5, dan biasa digunakan sebagai earbud standar DAP low end samsung misal samsung YP-U3.
Cukup murah bukan dan sangat terjangkau, namun bagaimana performanya?

Packing and Accessories
seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, earbud ini banyak ditemui dalam keadaan loosepack. Sudah pasti Anda hanya akan mendapatkan earbud sebatang kara tanpa packing apapun

Design, Build Quality, Comfort
Badan earbud ini cukup besar, seperti tabung memanjang dan housing driver ditempelkan padanya. Tidak lupa terdapat sebuah airvent berukuran cukup besar di atas. Warna hanya terdapat hitam dan putih dengan aksen krom di sekeliling airvent di atas. 
Khusus warna putih, pada bagian bawah (sambungan badan earbud dengan kabel) diberi warna-warni merah, hijau, dll, sedangkan untuk earbud berwarna hitam, bagain bawah ini tidak ada pilihan lain selain warna hitam juga.
Seluruh badan terbuat dari plastik glossy yang sangat mudah terkotori sidik jari. Buildnya bagus, rapi, dan rapat.
Bicara kenyamanan, EP360 ini cukup sulit untuk menempel di telinga, mudah lepas dan tidak rapat. Solusinya tentu pakaikan foam, dan favorit saya tentu donut foam karena meningkatkan kenyamanan tanpa membuat suara menjadi muffled dan blanketed seperti full foam.
Untuk earbud seharga $5, EP360 sudah memberi build dan desain yang sangat baik. Bahan pembuatan bagus, finishing rapi, dan desainnya tidak pasaran.

Suara
Seperti biasa, earbud sudah saya burn-in 100 jam.
Perangkat yang digunakan dalam review ini adalah laptop dengan DAC centrance dacport

General character samsung EP360 menurut subjektivitas saya :

Mari bahas satu per satu
Bass
EP360 memberi kuantitas bass yang sedang-sedang saja, tidak tipis dan tidak besar. Presentasinya tight dan banyak main di midbass, low bass terdengar kurang menghentak.  Bass ini seperti punya region tersendiri, sangat terpisah dari mid, jadi tidak ada kata bass meleber ke mid.
Bicara kualitas bass, yaa sedang-sedang saja. Speed cepat namun kurang rapi, detail bass pun biasa saja. Bass drum dan bass gitar terasa bertumpuk.

Mid
Mid dan vokal sangat mendominasi dibanding frekuensi lainnya. Vokal terasa forward dan berbody, terkesan dekat dengan kita dan bisa menyampaikan emosi dengan baik. Tidak ada sibilance dan bersuara kasar sedikitpun.
Persoalan utama di mid adalah clarity, terasa kurang lepas dan jernih. Banyak sekali dengungan-dengungan yang tidak diinginkan muncul dan merusak clarity. Yap, persoalan ini kerap terjadi di earbud kelas bawah. Hal ini membuat mid EP360 ini padat berbobot namun seperti kurang jernih.

High
Kuantitas high sedang, setara dan sangat mengimbangi bass. Smooth, lepas, dan cukup airy, tanpa suara tajam. Yang unik, pada high ini seperti banyak reverb (gema), terutama pada tom dan snare drum. Pada lagu slow pace, ini membuat kesan real, snare seperti benar-benar dipukul, seperti kita mendengarkan di mini music studio. Soal reverb ini akan dibahas lebih dalam di bagian soundstage.

Separasi, soundstage, detail
Separasi terbilang sedang-sedang saja, instrumen masih terdengar saling lengket. Namun setidaknya bass-mid-high sudah terpisah dengan baik, tidak bercampur.

Soundstage average, tidak terlalu luas untuk ukuran earbud, secara keseluruhan jika memakai EP360 ini kita seperti mendengarkan di ruangan kecil. Meski tidak terlalu luas, namun positioningnya cukup bagus, tidak terpaku ditengah, terasa posisinya menyebar dari kiri hingga kanan dan kadang suara-suara kecil dilempar ke atas, terasa dinamis sekali. Soundstage ini unik, banyak memberikan efek reverb di tom dan snare drum serta di ekstensi vokal. 
Pada lagu slow pace memberikan kesan real dan menyenangkan, namun pada lagu high speed justru agak mengganggu karena gema yang ditimbulkan mengganggu pukulan dan vokal aslinya, mirip seperti konser indoor namun tata ruangannya jelek sehingga banyak gema yang tidak diinginkan.

Detail terbilang biasa saja, banyak detail kecil tidak terdengar karena separasi yang kurang sehingga tertimpuk suara lainnya.

Genre
EP360 ini genrenya luas sekali, untuk musik apa saja enak. Namun sebaiknya tidak untuk musik agresif seperti metal, karena separasinya terasa kurang.
Pop/kpop, vokal, jazz, hingga slow rock adalah genre terbaik yang bisa dibawakan EP360. Ada catatan sendiri untuk kpop, benar-benar mengingatkan saya dengan cowon SE2 yang sama-sama asal korea. Vokal dan suara-suara electro instrument terasa maju tebal dan dinamis, menyenangkan sekali.
Untuk akustik, claritynya terasa pas-pasan, banyak suara dengung yang cukup mengganggu. Kecuali Anda tidak mementingkan hal tersebut alias yang penting genjrengannya terdengar saja :)

Kesimpulan
Untuk kelas earbud $5, EP360 ini cukup berbicara banyak. Apalagi dibandingkan dengan earbud bawaan smarthphone kelas 1jt kebawah, misal galaxy star, smartfren android, beberapa nokia, dll, EP360 ini masih lebih baik. Dibandingkan dengan earbud bawaan xperia mini pro saya pun, EP360 masih berbicara banyak.

Namun jika Anda seorang audio-freak, EP360 hanya masuk kelas average. Banyak kekurangan disana-sini, terutama di reverb yang kadang mengganggu dan banyak dengungan nyasar yang merusak clarity.
Yaa setidaknya mid dan vokal forward serta berbobot dipastikan bisa menghibur Anda, recommended untuk earbud cadangan, misal Anda sudah menjual earbud lama untuk upgrade ke kelas atas namun barangnya belum datang, Anda bisa bersenang-senang dulu dengan EP360.

Plus
+ mid dan vokal forward berbobot tanpa ada sibilance dan suara kasar
+ desainnya tidak seperti earbud murah pasaran
+ recommended sebagai earbud murah untuk cadangan

Minus
- clarity kurang, banyak dengungan nyasar
- kualitas teknis pas-pasan, terutama di detail dan separasi


Should I buy this? Pikir-pikir dulu deh, sebaiknya nabung lagi

26 May 2014

REVIEW Moxpad X3

"Apa? Brand China????"
Yap, beberapa orang belum mendengarkan suaranya, namun sudah pesimis. Memang masih banyak orang yang menjudge sesuatu berdasarkan merk, padahal tidak sedikit yang punya merk besar namun price to performancenya buruk alias overpriced.
Brand asal China mulai memiliki tempat khusus di pecinta audio portable, karena harganya yang murah namun kualitasnya tidak sembarangan. Bahkan beberapa brand "asing" asal China sanggup mengalahkan sound quality dari well known branded yang harganya berkali-kali lipat, sering disebut "hidden gem"

Kali ini saya mau berbagi impresi tentang moxpad X3, IEM (In Ear Monitor) berdesain over the ear dengan detachable cable. Sampai di Indonesia, harga group buy moxpad X3 ini mencapai Rp 265.000. Harga normal mungkin diatas Rp 300.000 (Mei 2014)


Features
- lightweight, low profile shape with optimized nozzle angle is designed to rest comfortably in the ear
- detachable cable, lock snap mechanism that allow 360 degree rotation for comfortable fit
- inline microphone
- over the ear with formable cable fit

Spesifikasi
speaker type : dynamic
sensitivity : 95dB
Freq range : 20hz-20khz
impedance : 16 ohm
cable : 1,35m

Packing and Accessories
Packing moxpad X3 terbilang standar, kardus kotak biasa desain tanpa pernak-pernik unik.
Moxpad tidak tanggung dalam memberikan aksesoris. Tercatat ada harcase, converter CTIA to OMTP, converter untuk laptop/device lain yang jack suara dan micnya terpisah, dan tips triflange disamping tips S, M, L biasa.
Untuk yang belum tahu, sebagain besar earphone dan device di pasaran jacknya menggunakan standar CTIA. Namun beberapa ada yang menggunakan OMTP, contohnya jajaran handphone sony ericsson xperia (bukan sony experia) dan beberapa earphone sony ericsson lawas. Akibatnya, jika menggunakan device yang berbasis OMTP dan mencolokkan earphone yang berbasis CTIA atau sebaliknya, suara yang keluar tidak maksimal, terdengar aneh, terkadang mencolokkannya jangan full atau bahkan harus terus menerus menekan tombol call pada remote. Dengan konverter CTIA ini, masalah tersebut tidak akan terjadi.

Design, Build Quality, and Comfort
Moxpad X3 ini berdesain over the ear, artinya dalam penggunaannya kabel dilingkarkan ke atas telinga.
Bahan pembuatan keseluruhan plastik, kokoh dan terlihat rapi di pada tiap sambungannya. Desain over the ear pada kelas low end memang menciptakan kesan "mahal", karena bentuknya menyerupai stage monitor yang biasa digunakan artis ketika konser.

Kabel moxpad X3 dilapisi bahan seperti paduan karet dan plastik transparan, tidak mudah kusut dan tidak terlalu microphonic. Sayang tidak diberi shirt clip, padahal clip ini sangat membantu mengurangi efek microphonic ketika kita bergerak.
Oh ya, moxpad X3 ini detachable alias bisa dilepas dipisahkan dari housingnya. Sayang, model pin connector moxpad X3 tidak "pasaran" seperti shure, westone, dll. Kita tidak bisa seenaknya mengganti kabel dengan yang lebih baik karena terbentur pin propietary moxpad ini, kecuali Anda menyolder ulang kabel ke pin konektornya.
Tidak ingin kehilangan pasar di kalangan pengguna mobile phone, moxpad menyisipkan mic pada seri X3nya ini. Posisinya baik, berada di kabel right channel, di atas Y-splitter, sehingga posisi mic dekat ke mulut. Kita tidak perlu mendekatkan mic lagi untuk berbicara. Sayang hanya ada tombol call handling, tidak ada pengatur volume.

jack sudah gold plated, desainnya model "J" alias bersudit 45 derajat. Badan jack sedikit besar, namun tidak akan kepentok case tambahan pada handphone Anda.

Bicara kenyamanan, Moxpad X3 memberikan fitting yang sangat mudah dan nyaman. Sangat mudah mendapatkan seal yang baik. Sayang tips bawaan sedikit kurang nyaman untuk penggunaan dalam waktu yang lama. Gunakan tips yang lebih nyaman seperti sony hybrid, bawaannya sony MH1, bawaannya Creative EP-630, atau dBe tips, masalah ini akan hilang, dan menjadikan moxpad X3 salahsatu IEM dengan fitting dan kenyamanan terbaik di kelas Rp 300.000

Suara
Moxpad X3 ini sudah burn-in sekitar 65 jam.
Source yang saya gunakan dalam review :
- laptop with dacport
- direct iPhone 4s
- Sony MW1 as DAP
- sansa clip+ standard
- galaxy S2 custom ROM, viper4android

Mari kita bahas satu per satu
Bass
Moxpad X3 menampilkan bass berkuantitas besar, fun, dengan presentasi boomy namun masih terkontrol sehingga tidak terlalu beleberan dan menyerang mid. Impactnya bagus, deep, tidak lelet, dan terasa nendang di telinga. Karakter seperti ini banyak disukai oleh orang yang baru masuk dunia audiophile-freak, apalagi harga yang diberikan pun sangat terjangkau.
Untuk nyetel lagu metal yang butuh bass cepat dan dinamis, moxpad X3 keteteran karena bass agak boomy membuat pukulan bass agak lebar, sedikit kurang fokus.Uniknya, dengan sedikit permainan equalizer dan effect pada viper4android, bass moxpad X3 ini bisa menjadi tight and fast, sesuatu yang tidak bisa dilakukan IEM sekelas Sony MH1.

Mid
Mid moxpad X3 cukup tebal dan berbobot. Vokal posisinya di tengah (agak sedikit mundur tapi tidak jauh dari tengah-tengah), memberikan kesan relax daripada intim.
Ada sedikit bumbu sweet di vokal, mendengarkan genre vokal (vokal yang tidak banyak/tidak ada instrumen bassnya) terasa nikmat meski artikuliasi tidak superior.
Clarity sendiri baik sekali, terasa bersih dan lepas. Suara di mid selain vokal seperti piano, biola, saxophone, dll juga terasa berbobot dan agak tebal.

High
High moxpad X3 agak malu-malu. Jika Anda menggunakan setup yang warm dan highnya smooth banget seperti sansa clip+ dan Sony MW1, mid dan high seperti agak bersatu. Namun jika menggunakan setup yang lebih netral/balace seperti centrance dacport atau iPhone 4s, high tidak terasa bersatu dengan mid.
Bagi orang yang suka treble agak menyerang, sebaiknya hindari moxpad X3 karena akan terasa mendem bagi Anda. Namun bila Anda penggemar suara smooth dan anti tajam, X3 adalah idaman Anda.
Yap, moxpad X3 menampilkan high "apa adanya", presensinya jelas terasa namun masih terasa kurang banyak, tidak crisp, dan kurang sparkling. Sisi positifnya, high terdengar natural, sangat smooth, dan tidak ada suara tajam sedikitpun bahkan di volume tinggi.

Separasi, soundstage, dan detail
Separasi sudah baik, semua suara tidak ada yang bertumpuk atau mengumpul di tengah meski masih sedikit kurang sempurna jika dipaksa memisahkan instrumen yang sangat rumit dan berlayer-layer seperti orchestra. Soundstage terbilang lumayan luas tapi gak spacious, kanan-kiri-depan-atas sangat terasa posisinya. Perpaduan separasi dan soundstage yang cukup apik ini menciptakan suara yang tertata rapi, lebih rapi dibandingkan edifier H280 maupun dbe PR18.
Bicara detail, moxpad X3 memang bukan IEM detail revealer. Detail untuk bermusik sudah lebih dari sekedar cukup, namun beberapa detail di high terkadang hanya terdengar sayup-sayup karena kuantitasnya kurang.

Genre
Moxpad X3 ini sangat bisa diandalkan untuk musik yang ngebeat, EDM, pop termasuk kpop/jpop, alternative, hingga slow rock.
Untuk musik agresif seperti metal, butuh penyesuaian equalizer dan sound enhancement.
Untuk akustik, claritynya sedikit kurang, centrengan senarnya sedikit kurang detail.

Kesimpulan
Moxpad X3, salahsatu penantang serius IEM kisaran dibawah Rp 300.000.
Karakter bass nendang dan tidak terlalu tight namun tidak beleberan juga, dipadu dengan desain over ear yang berkesan high end adalah daya tarik yang sangat kuat bagi pemula. Ditambah mid yang berkualitas, para pemain lama di dunia audio-freak pun bisa saja kepincut. Kelemahan utama adalah di high yang malu-malu alias berkuantitas sedikit.

Dengan harga Rp 265.000, moxpad X3 memang tidak bisa mengalahkan IEM yang banderolnya 2-3x lipat seperti yang kerap didesas-desuskan ketika kita membicarakan brand asing asal China.
Namun untuk kelas dibawah Rp 300.000, Moxpad X3 adalah salahsatu IEM yang sangat direkomendasikan untuk dicoba.

Plus
- fun
- smooooooth dan rapi
- easy to fit

Minus
- kuantitas high kurang banyak
- tidak ada distributor resmi di Indonesia


Should I buy this? Jika Anda basshead dan suka desain over ear, this item is very recommended

24 May 2014

REVIEW KOSS KSC75 (standard and headband mod)

KOSS KSC75, sebuah sportclip headphone yang sudah sangat diakui sound qualitynya oleh audiophillers. Sayangnya meski belum berstatus discontinue, namun semakin sedikit penjual yang memasukkan barang ini ke Indonesia. Harganya hanya $19.99, namun ketika masuk Indonesia menjadi Rp 300.000-350.000 (Mei 2014)
Meski dijual dengan harga agak tinggi, tapi masih banyak yang mencari. Memang seperti apa sih kualitasnya?

Features
High fidelity clip headphones
Exceptionally wide frequency response
Computer-optimized neodymium, iron, and boron rare-earth magnet structures deliver amazing clarity at any volume
Include a straight, dual entry, 4 foot cord with gold-flashed 3.5 mm (1/8") plug
Pivoting clips promise accommodating fit
Enjoy greater volume despite low-voltage portable devices
Covered under the Koss Stereophones Limited Lifetime Warranty
Specification
Freq response : 15-25000Hz
Impedance : 60 Ohm
Sensitivity : 101dB

Packing dan Aksesoris
Punya saya yang packing baru nih. Dusnya berwarna abu-abu dan kuning. Tidak ada aksesoris sedikitpun di dalamnya, termasuk tidak ada minimal busa cadangan. Hanya sebuah KSC75 saja yang terlindung rapi di dalam konstruksi plastik.
Terdapat kartu garansi SEUMUR HIDUP. Yap, SEUMUR HIDUP, koss tidak tanggung-tanggung dalam menjamin aftersales terhadap produknya. Sayang kita harus mengirimkannya ke amerika nun jauh disana, tidak ada distributor resmi di Indonesia.

Design, Build Quality, and Comfort
Ditakdirkan sebagai sport earclip, KSC75 menggunakan earclip sebagai pengangga headphone ke telinga. Sebagai sebuah sport earclip, kenyamanan yang ditawarkan KSC75 bagus, sangat stabil, kokoh, dan nyaman di telinga. Namun jika kita memandangnya sebagai sebuah "daily headphone", KSC75 ini cukup memberi rasa sakit pada telinga belakang jika digunakan dalam jangka waktu yang lama.
 
Tampak depan, KSC75 mengedepankan kesan sporty, not stylish. Bagi sebagian orang, terlihat "ugly", namun tidak bagi saya. Warna silver dengan aksen lubang-lubang terkesan gagah kok serius. Mungkin desain busa yang terlihat melebar menyelimuti pinggiran muka depan bikin kesan "murahan" dan kurang stylish dibanding earclip lainnya.

Bicara build pun bagus kok, tidak seperti headphone $20 lainnya yang ringkih. KSC75 ini terasa solid dan kokoh sekali, termasuk di konstruksi earclipnya yang terbuat dari besi dilapisi plastik. Sambungan earclip ke housing juga bagus, bertumpu pada "sendi peluru", headphone bisa bergerak ke segala arah untuk mendapatkan posisi ideal di telinga.
Nah, karena KSC75 ini cenderung tidak nyaman untuk penggunaan dalam waktu yang lama, banyak orang memodifikasinya menjadi sebuah headphone.
Jika tidak mau repot memodifikasi, ada headphone yang 99% compatible untuk KSC75 ini, keenion KDM-6300 dan koss porta pro. Koss portapro harganya 3x lipat KSC75, sehingga tidak worth. 
Keenion KDM 6300 lebih worth, bisa Anda dapatkan seharga Rp 50.000. Namun tidaklah mudah mendapatkan keenion tipe ini, karena tipe lama.

Baik headband portapro maupun keenion KDC 6300 tidak bisa menggigit dudukan housing KSC75 dengan baik. Solusinya mudah saja, lapisi dudukan KSC75 dengan selotip atau kertas, baru tempelkan ke headband. Anda akan mendapatkan konstruksi yang kokoh dengan tips sederhana tadi
Konstruksi dudukan KSC75 bisa dilihat di gambar dibawah. 

 
Mod headband tentu merubah suara, karena headphone lebih menempel rapat ke telinga. Akan dibahas nanti ya :)

Suara
Setup yang digunakan :
- Laptop dengan DAC centrance dacport
- samsung galaxy S2 custom ROM with viper4android

General character Koss KSC75 menurut subjektivitas saya :

Mari bahas satu per satu, mulai dari kondisi standar hingga mod headband
Bass
KSC75 memberi bass yang punch dan tight, kontrolnya sangat baik tidak meleber kemana-mana. Sayang low bass agak kurang, sehingga kurang terasa empuk dan fun. Kuantitas bass sendiri sedang, tidak lack of bass kok namun untuk nge-trance memang kurang besar. 
Speednya mantap, untuk lagu metal tidak kedodoran samasekali, lincah dan dinamis. Tiap pukulannya berasa detail dan jelas batas antargebukan drum.
Headband mod
Punch bass lebih terasa, kuantitas terasa lebih banyak dan lebih nendang. Namun terkadang sedikit muffled

Mid
Vokal sedikit forward dengan clarity yang baik sekali. Tidak menemukan sibilance samasekali saya. Mid dan vokal KSC75 lebih menonjolkan sisi clarity daripada sweetness, dimana suaranya sangat bersih dan bening namun vokal kurang sweet dan berbobot. Tidak tipis kok, cuman memang less sweetness.
Clarity ini membuat genjrengan gitar begitu bersih dan detail, pun efek gitar listrik terasa garang raungannya. Di kelas harganya, rata-rata midrange bersuara blanketed alias seperti tertutup selimut. Namun, KSC75 tidak, semuanya terdengar lepas dan clear.
Headband mod
Tidak memberi pengaruh signifikan disini

High
KSC75 menampilkan high yang sangat airy, maklum lah desain earclip membuat headphone tidak menempel rapat di telinga sehingga kesan airy menjadi sangat kuat. Tidak hanya disitu, highnya sangat clear, crisp, and enough sparkling! Ekstensinya pun baik sekali, sangat lepas melayang ke kanan-kiri dan atas, serta tidak ada gejala roll off early. Menariknya, high tidak menjadi tajam, meski kuantitasnya bisa dibilang banyak dan crisp namun KSC75 tetap mempertahankan pada level enak didengar. NICE!
Headband mod
Karena headband membuat headphone menjadi rapat menempel di telinga, maka kesan airy menjadi berkurang. High pun tidak selepas dan se-sparkling kondisi standar

Separasi, Soundstage, detail
Separasi bisa dibilang oke, cukup mengejutkan headphone $19 bisa memberikan separasi sebaik ini. Jauh meninggalkan JVC HA-S160 yang dibanderol dengan harga yang sama. Soundstage terbilang decent, tidak luas sekali namun sedikitpun tidak berasa sempit. Jangan tertipu dengan kesan airy yang kuat, sebenarnya posisi instrumen tidak terlalu melebar jauh. Namun jika dibandingkan dengan JVC HA-S160 tentu KSC75 ini jauh lebih luas. Soundstagenya hanya berasa melebar saja, kesan depan dan atas sangat kurang.
Detail sendiri cukup baik, bukan detail revealer namun sudah sangat baik di kelasnya. Detail-detail yang dibutuhkan untuk bermusik tertampil apik,
Headband mod
Soundstage berasa lebih narrow, efek berkurangnya kesan airy dan tidak ada lagi space headphone dengan telinga. Detail kecil lebih terdengar, tidak lagi sayup-sayup.

Genre
KSC75 ini bisa melahap semua jenis musik. Kondisi standar memang agak kurang di genre basshead, namun jika sudah headband mod bass lebih nendang sehingga fun nya lebih terasa.
Bestnya di genre pop, jazz, akustik, rock, hingga metal.
Mungkin di genre yang butuh soundstage superluas dengan separasi dan layering excellent seperti orchestra bakal berasa kurang, begitu juga genre yang sangat mengutamakan vokal. Tidak jelek sih vokalnya, namun kurang emosional saja.

Kesimpulan
Dihargai $19, bisa dibilang sulit sekali mengalahkan price to performance KSC75. Sayang sampai di Indonesia harganya bisa lebih dari Rp 300.000. Namun jika dihargai segitu pun, KSC75 masih sangat-sangat bersaing dengan headphone lainnya, malah masih masuk jajaran the best di kisaran Rp 300.000.
Kelemahan KSC75 bisa dibilang hanya di desain earclip yang kurang nyaman untuk pemakaian dalam waktu yang lama. Memang dengan mod headband akan menambah kenyamanan bagi beberapa orang, namun sedikit merubah suara juga. Saya pribadi jauh lebih suka baik segi suara apalagi kenyamanan KSC75 yang sudah di mod headbandnya.

Plus
+ netral and balanced sound
+ very airy, good extension
+ very good sound quality on low price

Minus
- tidak semua orang nyaman dengan earclip
- beberapa orang bilang desainnya kurang keren dan modis

Should I buy this? Dari segi suara dan harga, bisa dibilang ini excellent portable headphone. Saya pribadi sangat merekomendasikan untuk mengganti headband agar nyaman digunakan berlama-lama

16 May 2014

REVIEW Takstar TS671

Saya sudah lama memiliki Takstar TS671 ini, namun karena disibukkan dengan pencarian setup yang pas dan enaknya suara TS671, saya sampai lupa untuk menuliskan impresinya disini.

Yap, takstar menyerang pasar tanah air dengan gelontoran headphone yang great price to performance. Terdapat beberapa seri yang masuk ke Indonesia, HD2000, HD3000, TS671, dan Pro 80. Saya paling tertarik dengan TS67, dihargai Rp 800.000, menurut saya ini yang paling terasa WOW nya dibanding yang lain. Seperti apa sih?


Deskripsi

Large diameter and high impedance driver ensuring optimum sound reproduction 
Full-open design provides natural, well-balanced sound
Wide dynamic range and high sound quality meet the demands of audiophile listeners
Circumaural design for long time wearing comfort


Spesifikasi

Transducer Principle: Dynamic
Driver Diameter: Ø53mm
Impedance: 120Ω
Sensitivity: 102dB
Frequency Response: 20Hz-20kHz
Power Handling Capability: 500mW
Cable: Ø4mm x 1.2m Spring Cable (full stretch length approx. 4m)
Adaptor Plug: Stereo Ø6.3mm + Ø3.5mm


Packing dan Aksesoris

Kardusnya SANGAT BESAR, jika kita kirim-kirim mungkin akan terkena biaya tambahan akibat volume. Slide kardus pembungkus luar dan buka kardus dalam, muncullah takstar TS671 terikat oleh kawat di dalam kardus.
Kardus sebesar dan sekokoh ini memberikan perlindungan optimal pada TS671 jika dibandingkan sebagian besar kardus dengan mika transparan di depan yang biasa digunakan pabrikan lain. Akan lebih sempurna lagi jika di bagian dalam diberi busa pelindung tambahan.

Kardus ternyata ada dua tingkat, jika kita buka bagian bawah, ada kertas-kertas brosur, warranty card, adapter female 6,3mm to male 3,5mm, dan kabel extension jack 6,3mm yang entah berapa meter, sangat panjang.

TS671 memang tidak memberikan banyak gimmick seperti case atau puch, tapi paketan seperti ini sudah oke banget lah.

Desain, Build Quality, Kenyamanan
Saya bilang Takstar TS671 adalah headphone ter-bulky untuk kelas 1 juta kebawah. Jauh lebih besar daripada sesama takstar, sennheiser HD4XX series, goldring series, bahkan ATH M50 maupun beyerdynamic DT770.

Desain TS671 yang superbulky ini terlihat "jelek", maksudnya tidak stylish seperti headphone-headphone lainnya. Tidak ada lekuk sexy, glossy finishing, ataupun ornamen dan kombinasi warna yang atraktif. Terlihat besar dan membosankan.
TS671 ini berdesain openback headphone, yang artinya bagian belakang housingnya bolong-bolong alias terbuka. Takstar menutupnya dengan kain tipis bertekstur kasar warna abu-abu, tidak lupa logo takstar menempel disana.

Kabelnya coiled, yang bisa memanjang sampai 4 meter. Masih ditambah dengan ekstension yang disediakan di paket penjualan, kabel ini sudah lebih dari cukup untuk bermain lompat tali (Mungkin lebih tepatnya lompat kabel).

Hampir seluruh material body terbuat dari plastik tebal dan sangat kokoh. Tidak ada sedikitpun suara crack ketika digunakan. Pengecualian untuk konstruksi headband, dia berupa plastik yang di dalamnya metal, menjamin clamping tidak cepat kendur dan tentu kekokohannya mantap dibanding full plastik.

Bicara kenyamanan, desain bulkynya benar-benar membantu menjadikan takstar TS671 menjadi headphone ternyaman dipakai berjam-jam kelas under 1 juta. Padnya velour empuk adem dan berdiameter raksasa, seluruh telinga bisa masuk ke dalam padnya, tidak ada yang terjepit. Saya yakin Anda yang berkuping lebar pun tidak akan masalah. Ditambah clamping yang lembut, saya tidak merasa lelah sedikitpun meski menggunakannya selama 2 jam tanpa istirahat. Yaa memang sih bobot TS671 ini agak berat, namun bukan persoalan berarti.

Urusan fitting, TS671 ini menganut model autofit. Headband adjusternya berupa busa empuk tipis berbalut kulit yang ditempelkan ke rangka headband oleh karet elastis. Ketika memakai, tidak perlu repot-repot menyetel kerenggangan headphone, langsung saja pakai, maka karet elastis akan otomatis merenggang sesuai besar kepala.
Overall, kecantikan suatu barang memang relatif, namun TS671 memberikan build dan kenyamanan yang sangat baik atau mungkin nyaris terbaik di kelasnya, dan saya rasa Anda semua akan setuju dengan pernyataan diatas :)

Suara
Hal ini yang membuat saya agak lama melepas review TS671 ini. Saya mencari-cari setup yang pas, dan tiap setup benar-benar memberi pengaruh signifikan.

Bass
Bass TS671 ini sangat tight, kuantitasnya sedikit. Sebagian besar dari Anda sepertinya akan butuh bassboost, baik itu dari amplifier maupun equalizer. Bass tight ini memberi keuntungan di musik-musik cepat dan brutal seperti metal karena terasa lincah dan tidak keteteran, namun tetap saja kuantitasnya kurang, jadi agak garing.
Untungnya, berbekal driver besar dengan respon yang bagus, ketika bass diboost dengan kuat, tetap terdengar bulat, tidak pecah samasekali. Fiio E10 saja sudah cukup untuk sedikit mengangkat bassnya jadi lebih tebal.
Atau jika Anda gemar menggunakan software sound enhancement, bisa coba viper4windows, bassnya naikkan maksimal 10dB (kalau lebih akan terdengar tidak natural), dan setting lainnya dibiarkan mati.

Mid
Vokal peletakannya pas di tengah, tidak forward maupun laidback. Persentasi vokal lebih ke arah bening detail, bukan forward tebal emosional. Suara-suara gitar dan dentingan piano sangat real dan detail. Jika Anda pair dengan tube amplifier, mid dan vokal ini akan bersuara luar biasa enaknya. Tetap posisi di tengah, intim, dan lush, ditambah tubey soundsignature yang memberi kesan lebih basah, sweet, warm, dan thick pada vokal, membuat Anda akan menggeleng-gelengkan kepala, tidak percaya bahwa Anda sedang mendengarkan headphone Rp 800.000.

High
High pada TS671 kuantitasnya cukup banyak, terkadang sedikit tajam namun tidak sampai level mengganggu. Terasa sangat airy, dan ekstensinya baik sekali. Sparklingnya cukup, tidak berlebihan. Suara simbal terasa crisp dan real. Detail high sangat baik, gemerincing kecil terdengar semua dengan posisi yang dinamis menari-nari di sekeliling kepala.

Detail, Separasi, Soundstage
Detail TS671 bisa dibilang baik, apalagi jika pair dengan amplifier solidstate yang memiliki detail baik misalnya jdslab O2 atau direct centrance dacport. Semua detail terasa jelas, dari yang besar hingga yang sayup-sayup kecil di belakang.

Separasi oke, tidak ada complain. Sudah cukup awesome lah, masuk jajaran top tier under sejuta. Semua instrumen terasa terpisah, bahkan lagu-lagu yang recordingnya banyak suara kecil-kecil seperti kpop bisa dipisah-pisahkan dengan baik

Soundstage adalah salahsatu poin kuat TS671. Soundstagenya luas sekali, imagingnya besar dan megah sekali. Berasa nonton di ruang terbuka yang sangat luas. Placing accuracy patut diacungi jempol, jelas sekali penempatan instrumennya. Layer-layer terbagi jelas, dari bawah hingga keatas, tidak ada yang bertumpuk. Saya belum menemukan soundstage sebaik ini di kelas 1 juta, hanya bisa disaingi oleh ATH AD700 yang sudah terkenal rajanya soundstage. Kelas Goldring DR150, ATH M50, sih masih dibawah takstar TS671 soundstagenya.

Scalability
TS671 memiliki scalability yang tinggi, beda setup suaranya bisa jomplang sekali, mulai dari kering sampe basah mendayu. TS671 ini sebenarnya tidak butuh powerful amplifier, bahkan colok handphone pun suaranya sudah keras.

Saya impresi setup yang saya gunakan :
Laptop -> fiio E10 -> TS671
Setup ini memberikan bass yang berimpact dan tebal, thanks to fiio E10's bassboost. High teredam, jadi enak tidak ada tajam-tajamnya sedikitpun. Thanks to dark signature ala fiio. Ini adalah rekomendasi setup termurah dari saya bagi Anda yang ingin TS671nya bernyanyi dengan baik.

Laptop -> dac fiio E10 -> jdslab O2 -> TS671
Setup terkering yang pernah saya coba. Bass sangat tipis, mid kering namun vokal masih sedikit menunjukkan keintimannya. Separasi, detail, soundstage bagus sekali. Jelas, terpisah, luas, sampe detail terkecil keluar semua. Setup yang lebih cocok untuk entry level monitoring/analytical listening daripada mendengarkan musik, terlalu kering namun level technicalitynya istimewa.

Laptop -> centrance dacport -> TS671
Setup ini memberikan bass yang sedikit lebih tebal dari jdslab O2, namun masih terasa kurang impactnya. Mid dan vokal lebih berisi, tidak sekering setup sebelumnya. Setup ini memberikan balance antara technicality dan musicality, dimana kualitas teknis seperti tone control, speed, detail, separasi, dan soundstage yang baik tidak menghasilkan suara yang terlalu kering dan kaku seperti di jdslab O2.

Laptop -> centrance dacport -> SSMH -> TS671
Bisa dibilang ini adalah versi basah dari colok fiio E10. Bass tidak sebesar E10, namun SSMH memberikan body yang cukup signifikan sehingga bass lebih terasa presensinya. Mid dan vokal aduhai sekali, basah, forward, lush, intim, dengan reverb di lower mid yang memberikan sensasi vokal yang real. High teredam, jadi smooth dan tidak sparkling lagi. Setup paling warm diantara semuanya.

Laptop -> centrance dacport -> Hifiman EF5 -> TS671
Ini setup paling ideal dari semua setup yang saya miliki. Bassnya cukup, tidak sebesar SSMH namun tidak setipis objective O2, speed bass pun tidak lambat meski tidak selincah direct dacport. Mid dan vokal upgradenya SSMH, karakter mirip namun lebih terasa airy-nya tanpa mengurangi ketebalan maupun keintiman. High pun tidak terasa teredeam dan seperti kehilangan ekstensi layaknya ketika pair dengan SSMH. Hebatnya tajam-tajam yang kerap muncul hilang samasekali.

Laptop -> centrance dacport -> tubehybrid DIY -> TS671
Komponen tubehybrid yg digunakan : tube 12AU7A buatan electroharmonix, mosfet IRF510, caps wima, resistor takman. 
Bisa dibilang ini adalah versi downgradenya hifiman EF5 diatas. Karakternya mirip, hanya memang harga tidak bohong, kualitas teknisnya sedikit berkurang, kesan tubey tidak sekuat EF5.

Genre
Kekuatan utama TS671 ada di genre classic, instrument, dan vocal. Kelemahan utama di genre yang butuh bass besar. Untuk rock dan metal enak kok, acceptable, mungkin bassnya perlu diboost sedikiiit saja agar lebih seru.

Movie
Untuk movie, staging yang sangat luas sangat membantu membawa kita masuk ke dalam film, menikmati kondisi seperti di lapangan aslinya. Suara percakapan sangat jelas, bahkan di low volume.

Lagi-lagi bass tipis adalah ganjalannya. Berikan bassboost, terserah mau di amplifier ataupun software sound enhancement, masalah ini 100% akan hilang.


Kesimpulan

Takstar TS671 memberi ancaman serius bagi lawan-lawannya di kelas 1 juta kebawah. Soundstage adalah poin yang saya bilang tidak ada saingannya di kelas 1 juta kebawah, sangat luas, megah, dengan placing accuracy yang baik. Potensi mid dan vokal jika menggunakan tube-based amplifier sangatlah istimewa, akan terdengar lush, intim, tebal, dan basah.

Bass tipis memang menjadi ganjalan utama dalam mencakup semua genre musik. Bentuk yang tidak menarik membuatnya kerap dicampakkan oleh calon pembeli yg memperhitungkan kecantikan.

Dan yang paling penting adalah scalability, Anda jangan menjudge "kenapa TS671 suaranya kering blablabla" padahal ketika dilihat setupnya, Anda mencolokkannya direct ke soundcard laptop mid-low end apalagi colok ke handphone low end.

Sebelum meminang TS671, saya sarankan Anda memikirkan juga setupnya, sebaiknya Anda investasikan juga ke DAC yang bagus dan amplifier berkarakter warm dan bass tebal.

Saran saya, minimal Anda memakai fiio E10 (Rp 820.000), dan akan lebih baik lagi bila fiio E10 + amplifier tube low end, misal bravo v2 (Rp 820.000). So, tidak ada salahnya investasikan minimal Rp 1.640.000 agar TS671 bernyanyi dengan indah.

Takstar TS671, kejutan besar bagi Anda yang senang bermain dengan desktop setup

Plus
+ superb separation, soundstage, imaging, and placing
+ sangat nyaman digunakan berlama-lama
+ scalability tinggi
+ build quality baik

Minus
- some people said ugly and bulky
- bass tipis, really need bassboost
- garbage in garbage out, benar-benar membutuhkan source setup yang mumpuni agar outputnya maksimal


Value for Money Rating : 10/10

07 May 2014

REVIEW Sony MA100

Saya tertarik dengan promo Sony MA100 di salahsatu website, sebuah headphone openback dengan pad fabric (busa dilapisi kain lembut) namun harganya hanya $29.99 (Rp 330.000). Pabrikan sebesar Sony, membuat headphone openback circumaural harga kisaran Rp 300.000 (Mei 2014)? Sounds promising!

Spesifikasi
Driver Unit : Open supra-aural, Dynamic
40 mm, dome type (CCAW Voice Coil)
Sensitivity (db) : 100 dB/mW
Frequency Response : 12 - 22,000 Hz
Impedance : 40 Ohm
Cable : 4m gold plated jack

Fitur
Open headphone with natural sound field
Comfortable fitting with fabric earpads
40mm driver for powerful and expressive sound

Paket Penjualan dan Aksesoris
Sebuah kotak besar dengan mika transparan dan sisanya didominasi warna kuning menjadi kemasan pelindung Sony MA100 ini dari guncangan ketika di perjalanan menuju toko. Tidak ada aksesoris apapun di dalamnya, hanya sebuah headphone saja. Mekanisme penahan headphonenya baik sekali, headphone nyaris tidak bisa bergerak, diam pada tempatnya di dalam kotak.

Desain, Build Quality, Kenyamanan
Jika melihat gambar, sepertinya MA100 ini berukuran besar. Begitu sampai di tangan...ternyata sangat kecil untuk ukuran headphone yang katanya padnya mengelilingi telinga (over ear), bukan menempel di telinga (on ear). Warnanya hitam, di foto seperti abu-abu itu hanya efek pencahayaan saja.
Selain grill di bagian belakang cup yang terbuat dari metal, sisanya terbuat dari plastik tipis murah. Pantas saja bobotnya sangat ringan, namun memberikan kesan kurang rigid. Apalagi jika melihat headband dan adjusternya, dimana headband tanpa sokongan busa samasekali, dan adjusternya terbuat dari plastik yang sangat tipis. Benar-benat mengemat biaya produksi.
Namun secara mengejutkan, tidak banyak suara "crack" ketika digunakan, dan plastiknya ternyata tidak rawan retak seperti plastiknya goldring.

Selayaknya headphone openback, bagian belakang cup hanya ditutup oleh grill metal berongga saja, tidak tertutup rapat. Secara teori, desain open ini memberikan kesan suara yang airy dan luas dibanding dengan desain closed, namun banyak noise yang mengganggu dari luar headphone ke dalam  maupun musik dari dalam headphone akan terdengar keluar headphone. Biasanya yang bikin risih itu noise dari dalam keluar, dimana teman sebelah kita bisa mendengarkan lagu yang kita dengar. Namun, Sony menyiasatinya dengan mendesain MA100 ini tidak terlalu terbuka, dalam artian seperti diberi sedikit tutup di belakangnya sehingga membran driver tidak terlihat dan suara tidak sebocor headphone openback pada umumnya.

Beralih ke pad, bahan fabric (seperti kain lembut) membuat kenyamanan meningkat, kuping tidak cepat berkeringat meski digunakan di ruangan panas sekalipun. Pad sendiri didesain layaknya headphone high-end, dimana bagian belakang menonjol dibandingkan depan, tujuannya agar bagian belakang telinga tidak cepat sakit. Sayangnya tonjolan ini kurang tebal sedikit, sehingga bagian belakang telinga saya masih sedikit tertekan oleh speakernya.
Pad sendiri dibuat berbentuk lingkaran yang sayangnya sizenya agak tanggung, bisa melingkari telinga namun telinga bawah masih tertekan oleh pad.
Secara keseluruhan, kenyamanannya diatas headphone pada umumnya di rentang harga yang sama, misal sennheiser HD202 atau takstar HD2000, namun tidak bisa dibilang sangat nyaman juga karena saya hanya bisa bertahan selama 3 jam memakai headphone ini, karena padnya ada yang menekan daun telinga bawah sehingga bikin pegal. Jika saja ukuran pad lebih besar dan tonjolan di pad belakang lebih tebal, maka kenyamanan MA100 akan sangat sempurna.

Straight jack gold plated menjadi standar Sony dalam membuat headphone, begitupun MA100. Kabel yang diberikan sepanjang 2m, panjang sekali namun wajar mengingat Sony mengklaim MA100 ini sebagai "indoor hi-fi headphone". Sayangnya, sebagai "indoor hi-fi headphone", ketiadaan adapter to 6,3mm jack menjadi ganjalan, mengingat peralatan hi-fi rumahan rata-rata menggunakan jack 6,3mm sebagai interfacenya.

Suara
Setup yang digunakan untuk pengujian adalah laptop dengan DAC centrance dacport. Music all FLAC. Sudah burn-in 100 jam.

General character MA100 menurut subjektivitas saya :


Impresi mendalam
Bass
Kuantitas bass MA100 ini sedang-sedang saja, secukupnya saja, tidak besar ataupun kecil. Impactnya cukup bagus, tight, tidak boomy, dan sedikit kurang deep. Bass sendiri smooth sekali, pukulannya cenderung lembut tidak menghantam powerfull. Transientnya cenderung lambat, sehingga tidak cocok untuk musik yang butuh speed bass cepat.

Mid
Vokal sedikit laidback, memberikan kesan agak jauh dengan penyanyi. Lagi-lagi presentasinya sangat smooth, mengalun lembut, sedikitpun tidak ada sibilance. Meskipun agak laidback, detail kecapan, tarikan napas, dan artikulasi penyanyi cukup baik, sehingga terasa emosional sekali.

High
Kuantitas high tidak terlalu banyak, tapi tidak menjadikannya mendem. High pun sama, sangat smooth, tidak ada suara menyerang tajam. High lepas sekali, ekstensinya baik sekali, terasa terbang ke kanan-kiri dan ke atas. Karena smooth sekali, suara-suara simbal menjadi kurang crisp, namun detailnya sangat terjaga

Separasi, Soundstage, Detail
Separasi baik, tidak istimewa namun sudah mampu memisahkan suara-suara instrumen. Bass-mid-high tidak ada yang bertumpuk, semua terpisah dengan spasi yang bisa dibilang agak jauh.
Soundstage adalah poin unik pada MA100 di kelas harganya. Soundstagenya sangat melebar ke kanan dan kiri, terasa sekali kanan dan kiri itu berjauhan, memberikan kesan sedang mendengarkan konser dengan panggung yang sangat lebar dengan posisi duduk di barisan tengah, tidak terlalu dekat dengan panggung. Yang cukup mengejutkan, tidak hanya melebar, namun saya juga bisa merasakan posisi drum agak sedikit di belakang instrumen lainnya, vokal lebih ke depan, dan gitar bermain dinamis di kanan-kiri. Singkat kata, imagingnya bagus. Di harga Rp 300.000 kebawah, tidak ada yang bisa memberikan soundstage selebar dan senyata ini.
Detail sendiri cukup baik, semua detail yang dibutuhkan untuk menikmati musik keluar, tidak ada yang hilang, namun seperti headphone dibawah Rp 300.000 lainnya, masih lack of microdetails, apalagi noise dari luar yang masuk kedalam ikut memakan detail kecil.

Genre
MA100 perfect untuk musik santai, seperti smooth jazz, classic pop, classic rock, instrumental, dan akustik. Presentasinya yang relaxing membuatnya begitu nyaman untuk menikmati musik-musik diatas.

Movie
Salahsatu kehebatan MA100 adalah kuat di movie. Meski percakapan sedikit kurang maju, namun  efek soundstagenya benar-benar memberi kesan nyata pada movie, terasa sekali luas dengan placing yang baik sekali di harganya.

Scalability
Poin yang kerap dilupakan orang awam. Sony MA100 memiliki scalability yang tinggi, dalam artian jika Anda mencolokkannya pada setup murahan, MA100 akan bersuara biasa saja. Jika Anda mencolokkannya ke setup yang lebih baik, maka MA100 akan bersuara lebih baik pula.
MA100 ini sebaiknya dicolokkan ke headphone amplifier, namun jika dicolokkan langsung ke portable player pun sebenarnya tidak terlalu masalah, hanya kemampuan spesialnya tidak begitu keluar saja.
Kemampuannya menyesuaikan dengan equalizer patut diacungi jempol. Jika di movie kita butuh bass menggelegar, silakan set bass boost pada sound enhancement andalan Anda, maka MA100 akan menghadirkan bass yang bombastis tanpa terasa kewalahan sedikitpun.
Benar-benar headphone murah dengan scalability tinggi.

Kesimpulan
Sony MA100, another hidden gem on low price. Sayang sekali produk ini kabarnya akan didiscontinuekan oleh Sony.
Soundstage luasnya akan jarang Anda temui di headphone lain kisaran Rp 300.000 kebawah, begitupun dengan fabric pad yang adem di telinga.
Persentasi relaxing memang tidak cocok untuk musik modern seperti electro dance music KPOP, JPOP, dan musik-musik dengan irama agresif dan semangat. Namun bagi Anda yang gemar mendengarkan musik smooth, MA100 siap menghadirkan yang terbaik untuk Anda, bahkan yang tidak akan Anda bayangkan dari sebuah headphone seharga kisaran Rp 300.000

Plus
+ kenyamanan lebih memadai dibanding rival seharga
+ very good soundstage for the pricetag
+ scalability tinggi

Minus
- untuk yang bertelinga lebar sekali, pad kurang besar sedikiit, dan tonjolan kurang tebal sedikiit lagi
- presentasi smooth kurang cocok untuk musik modern seperti EDM, kpop, jpop, dll

04 May 2014

REVIEW JVC HA-S160

Sudah muak dengan headphone kualitas bagus tapi desainnya jelek? Atau headphone desainnya bagus tapi suaranya hancur? JVC HA-S160 mencoba mengkompromikan dua faktor diatas, dengan harga relatif terjangkau : S19.95
Namun ternyata di Indonesia, harga JVC HA-S160 ini bervariasi. Termurah saya dapatkan Rp 195.000, tertinggi Rp 380.000. Semua harga didapatkan dari toko di mall dan tanpa promo pada Mei 2014.

Deskripsi
Color line-up matched to iPod nano 6G
Powerful sound with 30mm neodymium driver units
Soft ear-pads for ideal sound isolation and comfortable fit
Flat foldable design for compact carrying
Stainless steel headband for excellennt wearing comfort
JVC HA-S160 ini ada banyak pilihan warna, lihat gambar diatas.
Yang saya beli JVC HA-S160-A. Kode A, B, R, dll di belakang JVC HA-S160 itu menunjukkan warna headphonenya.
A : aqua blue (sotoy)
R : red
V : violet
B : black
P : pink
S : putih

Spesifikasi
Driver Unit  1.18" (30mm) 
Magnet type : Neodymium 
Frequency Response : 12-24,000Hz 
Nominal Impedance : 32ohms 
Sensitivity : 103dB/1mW 
Max. Input Capability : 500mW (IEC) 
Cord Length : 3.93ft (1.2m) 
Weight (without cord) : 2.33oz (66g) 
Plug : iPhone compatible, Gold plated

Paket Penjualan
Di dalam box hanya terdapat headphone saja, tidak ada aksesoris lainnya. Boxnya sendiri irreverseable, artinya jika sudah dibuka tidak bisa ditutup lagi karena membukanya harus disobek dengan cutter.

Desain, Build Quality, Kenyamanan
Desain JVC HA-S160 ini ceria dan "trendy"sekali, dengan pilihan warna yang banyak dan menarik. Jika ingin tampil elegan, ambil warna hitam atau putih. Jika ingin tampil energik, ambil warna merah, ungu, atau biru. Jika ingin girly, silakan coba pink.

Permukaan JVC HA-S160 ini tidak flat, melainkan agak cembung seperti sabun. Catnya metalik, dengan lapisan glossy diluarnya. Meski glossy, bagian luar ini tidak gampang baret.
Pad terbuat dari pleather yang cukup empuk namun tidak terlalu elastis. Kenyamanannya baik, meski membuat berkeringat namun ukurannya yang kecil tidak membuat daun belakang telinga sakit. Isolasinya cukup, tidak terlalu kedap namun suara musik tetap jelas meski di keramaian.
Headband terbuat dari metal yang dibagian luarnya terlindung oleh plastik, menjadikannya kokoh dan mantap mencengkram kepala namun tidak terlalu menekan hingga sakit, dan juga tidak banyak suara "crack" ketika digunakan. Pengatur kerenggangan headbandnya sedikit longgar, mudah sekali loss, namun jika dipakai di kepala tidak mengganggu kenyamanan. Positifnya, Anda bisa mengatur kerenggangan headphone sambil memakainya, produk lain ada yang tidak bisa sehingga kerenggangan diatur sebelum digunakan di kepala. Jika tidak pas, terpaksa melepas headphone kemudian mengatur ulang kerenggangan.
Hal yang agak disayangkan adalah headband JVC HA-S160 tidak bisa dilipat seperti sennheiser PX100, hanya cupnya saja yang bisa diputar 90 derajat agar menjadi flat. Anda membutuhkan case dan space yang cukup besar untuk membawa-bawa headphone ini. 
Jack yang digunakan straight gold plated, standar lah

Suara
Setup yang digunakan :
Laptop dengan DAC centrance dacport
simbadda deo2
samsung galaxy S2

JVC HA-S160 ini WAJIB diburn-in diatas 50 jam, kalau tidak suaranya cenderung menumpuk di tengah dan kasar. Barang yang saya review sudah diburn-in lebih dari 72 jam.

General character HA-S160 menurut subjektivitas saya :


Bass
Bass JVC HA-S160 ini sangat asyik didengarkan, cukup besar namun tidak berlebihan dan tidak tipis juga, beat-beat bass terasa nendang dan dinamis. Terasa sangat fun. Speed bass medium, tidak lambat, cukup untuk musik non metal brutal.

Mid
Mid dan vokal terasa forward, vokalis terdengar dekat dengan kita. mengalun lembut, warm, jernih, dan tidak terdengar kasar. Emosi tersampaikan dengan baik, namun terasa sedikit kurang lepas. Tidak menemukan sibilance samasekali saya.
Jangan berharap Anda akan mendapatkan desahan emosional, artikuliasi nyata, atau tekstur menggairahkan, karena JVC HA-S160 dibuat untuk menemani aktivitas santai Anda, bukan untuk analytical listening

High
High terdengar crisp namun sedikit kasar di telinga saya, terutama dalam mereproduksi suara simbal. Kuantias high pas, tidak terasa mendem, dan mengimbangi beat-beat bass. Ekstensinya agak kurang, dan tidak lepas melayang ke samping driver kanan kiri maupun keatas. Seperti agak terkungkung. Tidak ada suara-suara menyerang tajam yg membuat kuping cepat lelah disini.

Separasi, detail soundstage
Separasi baik, bisa memisahkan instrumen-instrumen di sebagian besar lagu, meski di lagu yang kompleks instrumennya terasa sekali sedikit bertumpuk dan spasi antarinstrumennya kecil. 
Spasi antarinstrumen ini sedikit banyak dipengaruhi oleh soundstage yang sempit. Positifnya, posisi instrumennya tidak kaku selalu ditengah, tetapi cukup dinamis bermain di depan, kanan, dan kiri kita. Ini yg menyenangkan, karena untuk lingkungan yang riuh, soundstage sempit namun dinamis membuat kita tidak mudah kehilangan detail-detail yg biasanya letaknya jauh dibelakang.
Detail sendiri cukup, semua yang dibutuhkan untuk kenyamanan bermusik tertampil dengan baik. Microdetail banyak yang hilang, misal ekstensi simbal, tekstur gesekan senar gitar dg tangan, efek goyangan simbal setelah dipukul, kesan hembusan udara dari saxophone, dll

Genre
Selama bukan lagu brutal dan lagu yang menuntut soundstage luas, saya rasa bisa dibawakan JVC HA-S160 dengan baik. Performa terbaik ada di lagu-lagu yang ngebeat dan pop, rock alternative seperti yellow card juga mantap. 
Untuk akustik detailnya agak kurang, untuk jazz soundstagenya terlalu sempit, mendengarkan slipknot detail, speed, dan separasinya terasa kurang baik.

Kesimpulan
Balance antara gaya dan SQ ini lah yang menjadi kekuatan JVC HA-S160. JVC HA-S160 ini memberikan kompromi yg baik bagi dua faktor tadi. Tampilannya oke namun sound quality tidak disunat habis-habisan.
Bagi Anda audiophile kelas berat, JVC HA-S160 ini bukan pilihan yang baik. Namun bagi Anda yang membutuhkan suara yang fun and easy to listen, dengan beat-beat menyenangkan, JVC HA-S160 wajib masuk dalam daftar belanja Anda. Bisa juga untuk dijadikan kado bagi kerabat, pacar, atau anak, agar mereka tahu seperti apa kualitas suara yang baik, tanpa melupakan desain imut.

Plus
+ easy to listen, bass-mid-high enak didengar tidak membuat cepat lelah
+ beat-beat bass energik dan menyenangkan
+ desain trendy, enak dipandang, gaya ketika digunakan

Minus
- di rentang harga yang sama, masih banyak yang menawarkan sound quality yang lebih baik. Contoh : koss KSC75 dan beberapa superlux

Should I buy this one?
Jika Anda mendapatkannya di kisaran harga kurang dari Rp 200.000, silakan langsung bawa pulang. Namun jika sampai mendekati apalagi sampai di atas Rp 300.000, saya kira Anda harus mempertimbangkan ulang untuk membelinya. Cobain Koss KSC75 dulu deh